dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Minggu, 26 Februari 2017

Hubungan Tanpa Status sesama Aktivis Dakwah Kampus

Ku awali catatan ini dengan banyak banyak memohon ampun kepada Allah dari setiap kata, agar catatan ini membawa faedah yang banyak bagi penulis dan pembacanya.
Catatan ini ku tulis setelah mengikuti seminar bedah buku ADK oleh Andi Muhammad Akhyar S.Pd. M.Sc. pada Ahad, 26 Feb 2017 di Aula SMK N 2 PALU.

[“cinta di atas dakwah” ], Tak bisa dipungkiri ADK juga manusia yang tak luput dari dosa, tapi dosa dosa kecillah yang membuat kita ringan melakukan dosa besar termasuk dosa “jangan dekati zina”, bukan “jangan pacaran”, “jangan berzina”, bukan, sungguh bukan. Seperti petuah seorang ulama:
“hati-hatilah kamu atas dosa-dosa kecil, karena gunung terbentuk dari dosa-dosa kecil”
Pertanyaannya adalah mengapa bisa aktivis dakwah terjerumus pada “dekati zina”?

[tidak tundukan pandangan], dari mana datangnya lintah? Dari mana datangnya cinta? dari mata turun ke hati! Ini pepatah yang tak asing lagi di telinga kita, tapi sayang kita tidak mengambil pelajaran dari pepatah ini, bahwa jika tak ingin hatimu dirusaki oleh cinta maka tundukan pandanganmu wahai ADK. Jaga pandanganmu.
“katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “hendaklah mereka menahan pendangannya ....” QS. 24:30

[satu kelas], hati-hati dengan yang satu ini, ada seribu alasan untuk “dekati zina” melalui jalan ini, mulai dari pura-pura nanya ada tugas nggak, ada PR nggak, nanya dosen masuk apa kagak.
“ukhti, besok tugas apa aja ya?; iya akhi, banyak tugas a,b,c , jangan lupa kerjakan ya akhi,; syukran ukhti infonya. Jazakillahu khairan katsiran ukhti.”
Memang ADK nggak bisa nanya ke temen lain. Kenapa akhwat meski nanya ke ikhwah? Sebaliknya memangnya ikhwah nggak punya temen sesama ikhwah? Kan katanya ADK.

[facebook], di dunia nyata kita bisa tundukan pandangan, dunia maya? Apalagi ketika di beranda fb kita muncul foto si ikhwah, foto si akhwat, “oh ini ya yang namanya ukhti fulana, subhanallah jilbabnya syar’i banget; owhhh ini ya akhi fulan, ya ya ya, masya  Allah ia mengamalkan sunnah (*jenggotnya)” dan seterusnya. :/

Wahai ADK, di dunia nyata dengan susah payah engkau berusaha menjaga dirimu, menyembunyikan identitasmu, tapi di dunia maya, engkau berani memajang fotomu, berani upload foto yang terpampang wajah dan dirimu, untuk apa wahai ADK?

[belajar bareng], uhhhh, ini dia, yang kita sebenarnya bisa cegah dari awal, kenapa tidak cari anggota kelompok sesama ikhwah, sesama akhwat?, jawabannya ada di hatimu! Sungguh di hatimu. Kalaupun terpaksa, engkau tak akan membetah-betahkan dirimu di kegiatan ini. Allah dan diri kitalah yang tau jawabannya.

[musyawarah tanpa hijab], emmm, gimana membahasakan hal ini, padalah udah jelas bahwa Allah subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan ketika berbicara dengan istri-istri Rasulullah harus dari balik hijab, apatah lagi kita?. Para sahabat saja yang hatinya telah diisi dengan cintanya pada Allah dan Rasul di atas segalanya, diperintahkan seperti itu, nah kita? Hanya seorang ADK. Tak ada yang menjamin hati kita. Berjam-jam, saling berhadapan, mendengar suaranya bahkan hingga hingga terlalu seringnya musyawarah bersama, kita hafal titik koordinasi tahi lalatnya. Dengan beraninya mengatakan “ketika kami berbicara dengan mereka tanpa hijab, kami tidak bawa hati.” Haaaaa? Maksudnya? Bukankah telah jelas sabda Rasul:

“tidaklah sepeninggalku ada ujian yang lebih berat bagi seorang lelaki kecuali ujian karna wanita” Mutafaqun Alaih

Masih mau berdalih?, bukankah sabda Rasulullah adalah mutlak 1000% benar? Mari mengambil pelajaran dari kisah sebuah hadits tentang tidak boleh mencelupkan tangan ke wadah air ketika baru bangun tidur, karena kita tidak sadar dimana tangan kita berada. Lantas seorang menolak sunnah tersebut dengan dalih “ya, saya tau ke mana tangan saya bermalam di ranjang”, Apa yang terjadi?
“saat pagi, dia dapati tangannya berada dalam dubur sampai pergelangan tangan”

Lantas? Kita mau berdalih apa lagi?
Kan di organisasi ini terdapat banyak harokah, yang tidak sepemahaman dengan kalian.
Aaaaa? Pemahaman kami? Sorry, ini bukan pemahaman kami, ini hadits dari Rasullullah. Dan kita yakin bersama bahwa semua harokah dakwah pasti berpegang teguh pada al-Qur’an dan Hadits bukan? Lantas alasan apa lagi wahai ADK?

Apakah kita tidak bisa mengambil pelajaran dari kisah tadi?
Apakah kita akan berdalih seperti orang yang menolak sunnah tersebut?
“ya, saya bisa jaga hati saya”
Hingga kemudian kita tersadar bahwa sabda Rasul adalah 1000% benar,

Apakah nanti ketika kita benar-benar ter-fitnah oleh wanita?
Apakah nanti kita akan tersadar ketika hati kita dipenuhi oleh fitnah yang mengantarkan kita para Aktivis Dakwah Kampus pada “hubungan tanpa status” sesama ADK?

Allahu a’lam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar