dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Kamis, 11 Januari 2018

Ayah Sang Penakluk Jerussalem

Bismillah . . .
Ayah Sang Penakluk Jerussalem
Siapa yang tak mengenal Shalahuddin sang Penakluk? tentulah Sang Penakluk tidak datang dengan sendirinya, pastilah dan sungguh dipastikan bahwa ada sosok penting dibalik kesuksesan seseorang. 
Najmuddin Ayyub bin Syadzi, Beliau adalah Seorang Amir Tikrit, Ayah seorang pemuda penakluk Jerussalem, Sultan Yusuf Shalahuddin Al-Ayyubi.  berasal dari suku Kurdi Rawadiyah yang mendiami sebuah desa bernama Dewin di Azerbaijan, yang kemudian mereka datang ke Irak. Benteng Tirkit adalah kota kuno, berada cukup dekat dengan kota Baghdad. Raja-raja kuno Persia membangun benteng ini sebagai gudang penyimpanan juga sebagai tempat mengintai dan mengawasi musuh. Kemudian pada 16 H kaum muslimin berhasil menaklukkan benteng ini di masa Khalifah Umar bin Khattab ra. Benteng ini terus berada dalam kekuasaan muslim hingga pada masa Daulah Saljuk. Najmuddin memiliki kedekatan dengan pimpinan keamanan Daulah ini hingga singkat cerita ia kemudian diangkat menjadi komandan Benteng ini.
Pemuda ini (Najmuddin) jauh sebelum kelahiran Sang Penakluk Jerussalem terlahir, Ia telah mempersiapkannya bahkan sebelum ia memiliki pasangan hidup. Mengapa berpikir sejauh itu? Bagi kita yang sibuk dengan urusan ‘BAPER’, marilah mengambil hikmah dari petualangan cinta beliau.

Ia memiliki seorang saudara bernama Assaduddin Syirkuh. Sang saudara merasa ada yang aneh dari Najmuddin saudaranya ini, karena untuk waktu yang lama ia belum juga mau memperistri seorang wanita pun. Ada apa gerangan dengannya? Mungkin kalimat itu yang dapat menggambarkan pikiran Syirkuh.
Pada suatu waktu, karena rasa penasarannya ini, ia kemudian bertanya kepada sudaranya Najmuddin: 
“wahai saudaraku, kenapa engkau belum juga menikah?”
Najmuddin menjawab :”aku belum menemukan seorangpun yang cocok untukku”
“Maukah engkau aku pinangkan seorang wanita untukmu?” tawar Syirkuh
“Siapa?” tandasnya.
“Putri Malik Syah anak Sultan Muhammad bin Malik Syah Sultan Bani Saljuk atau putri menteri Malik” Jawab Syirkuh
“Mereka semua tidak cocok untukku” tegas Najmuddin
Ia pun tambah heran dengan saudaranya ini, lalu kembali bertanya : “lantas siapa yang cocok untukmu?”
          Najmuddin menjawab:
”aku menginginkan wanita shalihah yang akan menggandeng tanganku menuju jannah dan akan melahirkan seorang anak yang ia didik dengan baik hingga menjadi seorang pemuda dan kesatria yang akan mengembalikan Baitul Maqdis ke dalam pangkuan kaum Muslimin.”
Ini merupakan mimpinya. Syirkuh pun tak merasa heran dengan ucapan saudaranya itu. Ia bertanya kepadanya:”terus dari mana engkau akan mendapatkan wanita seperti ini?”
“barangsiapa mengikhlaskan niatnya hanya kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan rezekinya kepadanya,” jawab Najmuddin
Suatu hari, Najmuddin duduk bersama seorang Syaikh di Masjid di kota Tirkit berbincang-bincang. Disaat meraka sedang berbincang-bincang tersebit datanglah seorang wanita memanggil syaikh tersebut dari balik tabir sehingga seyaikh memohon izin kepada Najmuddin untuk berbicara dengan wanita tersebut. Najmuddin mendengar percakapan keduanya. 
Syaikh berkata kepada wanita itu:
”mengapa engkau menolak pemuda yang aku utus ke rumahmu untuk meminangmu?”
Wanita itu menjawab: “wahai Syaikh, ia adalah sebaik-baik pemuda yang memiliki ketampanan dan kedudukan, akan tetapi ia tidak cocok untukku.”
“lalu apa yang kau inginkan?” tanya syaikh
Ia menjawab: 
“tuanku asy-Syaikh, aku menginginkan seorang pemuda yang akan menggandeng tanganku menuju jannah dan aku akan melahirkan seorang anak darinya yang akan menjadi seorang kesatria yang bakal mengembalikan Baitul Maqdis ke dalam pangkuan kaum muslimin.”
Allahu Akbar, ucapan yang sama persis dengan yang diucapkan oleh Najmuddin kepada Saudaranya. Pemuda Shalih dan Pemudi Shalihah yang bercita-cita untuk menyiapkan seorang penakluk Baitul Maqdis.

Bangkitlah Najmuddin dengan hati yang amat bersyukur, bahwa keyakinannya akan hakikat keikhlasan niat, pasti Allah akan memberinya rezeki sesuai dengan niatnya.
Seraya memanggil syaikh tersebut, ia berkata
 “wahai syaikh aku ingin menikahi wanita ini”
“tapi ia seorang wanita fakir dari kampung”, jawab Syaikh
Dengan yakin, Ia menjawab : “wanita ini yang saya idamkan wahai Syaikh”
Maka menikahlah mereka, dan Allah mengaruniakan kepada keduanya seorang putra yang akan menjadi Kesatrian Sang Penakluk Baitul Maqdis Al-Quds, yang akan mengembalikannya ke pangkuan kaum muslimin. SHALAHUDDIN AL-AYYUBI.

Sumber asli : Kitabush Shiyam min Syarhil Mumti’ karya Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah.
Dikutip dari : Shalah Ad-Din Al-Ayyubi, Bathal Hiththin wa Muharrir Al-Quds Min Ash-Shalibiyyin (532-589 H)

                                                                                                            Palu, Rabu 10.01.18

                                                                                                                        Nastin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar